Revandita, Penari Tradisional Sang Juara

Di balik sorot lampu panggung dan denting gamelan yang mengalun pelan, berdirilah seorang gadis dengan sorot mata penuh keyakinan. Namanya Revandita — penari tradisional yang tak hanya dikenal karena keluwesan geraknya, tetapi juga karena perjuangannya yang panjang dan penuh dedikasi.
Sejak kecil, Revandita telah jatuh cinta pada tarian tradisional. Di usia lima tahun, ia mulai belajar menari dari ibunya, yang juga seorang penari Jawa. Dengan kain jarik dan selendang kecil di tangannya, Revandita menapaki setiap langkah dasar dengan sepenuh hati, meski harus jatuh bangun berkali-kali.
Bakat dan kerja kerasnya tak butuh waktu lama untuk bersinar. Dari panggung-panggung kecil di desanya, ia mulai melangkah ke tingkat kabupaten, provinsi, hingga kejuaraan tingkat nasional. Tak hanya sekali, Revandita telah menjuarai berbagai kompetisi bergengsi—baik dalam kategori tari klasik maupun kreasi tradisional. Namanya mulai dikenal sebagai simbol konsistensi, keanggunan, dan inovasi dalam dunia tari.
Namun perjalanan Revandita tak selalu mulus. Di balik piala dan penghargaan yang terpajang, ada malam-malam panjang yang ia lewati dengan latihan tanpa henti, cedera yang memaksa istirahat, hingga keraguan dari orang-orang yang menganggap tarian tradisional tak lagi punya masa depan.
Tapi Revandita tak pernah goyah. Ia percaya bahwa budaya adalah jati diri, dan lewat tarian, ia bisa berbicara lebih dari kata-kata. Kini, ia tak hanya menjadi juara, tapi juga guru dan inspirasi bagi penari-penari muda yang bermimpi seperti dirinya dulu.
Bagi Revandita, setiap gerakan adalah doa, setiap tarian adalah warisan. Ia menari bukan sekadar untuk menang, tapi untuk menjaga nyawa budaya agar tetap hidup di tengah arus zaman yang terus berubah.
Rep : Ivang G